TARGETTING VS CONFIRMING


Selama ini kita mengenai targetting sebagai segmen yang terlayani oleh marketers, bisa satu segment bisa juga terdiri dari beberapa segemen. Targeting mengandalkan ukuran pasar yang semakin besar dimana disana ada konsumen yang besar pula hal ini yang membuat pemasar tertarik untuk berkompetisi meraih pangsa pasar tersebu dengan menginvestasikan “tenaga dan biaya” yang cukup besar. Namun dengan adannya pekembangan internet yang memungkinkan terjadinya komunitas maka maketers bisa melakukan confirming dengan melakukan identifikasi beberapa komunitas dan memutuskan ke komunitas mana marketers akan membawa perusahaannya bergabung melalu konfirmasi.

Dengan bergabung dengan komunitas mana yang akan diikuti maka  marketers bisa memprediksi komunitas mana yang benar-benar bisa memberikan manfaat secara optimal. Dalam melakukan confirming, komunikasi terjadi secara sejajar  dan bersifat horizontal dimana targetting lebih bersifat Top-Down dimana treatment targetting dilakukan oleh perusahaan jadi belum tentu yang menjadi segmentasi yang dibidik akan memiliki kesamaan kesukaan dengan komunikasi pemasaran yang telah di bangun. Ketika marketers melakukan comunitization , komuitas tersebut tinggal melakukan 2 hal yaitu : “Confirm “ atau “Ignore”  hal yang perlu di perhatikan marketers adalah konsumen dalam hal ini komunitas mempunyai kekuatan yang sama dengan perusahaan. Sehingga konsumen kini tidak bisa dianggap lagi sebagai objek penerima pesan komunikasi pemasaran namun bisa menjadi subjek bahkan ia bisa melakukan penyebaran pesan kembali (re-sharing) pesan yang dianggapnya mempunyai value bagi mereka.

Dalam bukunya , New Wave Marketing, Hermawan Kertajaya menjelaskan ada 3 kriteria pembentukan confirming yaitu :

  1. Relevance

Ini merupakan kesamaan interest atau value dalam komunitas tersebut

  1. Active Level

Seberapa besar tingkat keaktifan komunitas tersebut ( apakah anggotanya memang aktif atau isinya hanya list nama saja )

  1. Number of Community Network

Berapa banyak jaringan yang dimiliki atau potensial bisa terjadi antara satu komunitas dengan komunitas lainnya.

Dalam komunitas positive nya adalah pertumbuhannnya akan semakin banyak namun kelemahan yang terjadi di dunia online adalah satu orang bisa memiliki beberpaa identitas namun marketer tidak boleh menyerah dulu, justru dengan kegiatan konten online yang aktif maka kita bisa mengukur berapa anggota aktif dan benar benar memiliki kesamaan pandangan organisasi atau memang mereka membutukan produk yang anda pasarkan.

Hal yang perlu diperhatikan oleh marketers adalah cara berkomunikasi dengan komunitas . Meskipun punya kesamaan dalam hal minat , kesenangan dan preferensi namun tetap saja , komunitas apalagi online  itu terdiri dari account yang dibalik account tersebut memiliki dua identitas yakni pribadi online dan offline . Pastinya ada ketidaksamaan pandangan bahkan melahirkan chaos sehingga para marketers harus melakukan “ Talk with “ not “Talk To” kepada komunitas dan ini bukan berarti asal bicara.  Conversation yang terjadi haruslah memiliki value bagi komunitas tersebut, dan bukan sekedar gossip atau” tong kosong nyaring bunyinya” apalagi sampai membuat komunitas tidak nyaman.


Leave a Reply