co Branding


Co- branding merupakan tindakan penggabungan merek secara teori co branding meruapakan tindakan menggunakan nama merek terkenal dari dua perusahaan yang berbeda atas produk yang sama (Kotler dan Amstrong, 2001:363). Secara umum, aktivitas ini merupakan penggabungan dua brand atau lebih untuk sama-sama meningkatkan value. Value yang dihasilkan bisa beragam diantaranya adalah membentuk asosiasi baru yang positif sehingga konsumen merasa lebih yakin atas suatu kualitas dan bisa jadi peluang sebagai jalur disribusi baru. Berikut adalah pemberitaan mengenai co branding yang dilakuakan oleh dua brand ternama antara penerbangan dan kopi.

Kapal Api Promosikan Kopi Asli Indonesia di Pesawat Citilink

By Septian Deny on 06 Nov 2015 at 17:52 WIB

Diambil dari Liputan 6.com

Liputan6.com, Tangerang – Salah satu produsen kopi nasional, Kapal Api menggandeng Citilink untuk mempromosikan produk kopinya. Cara yang dilakukan dengan memasang logo Kapal Api di badan pesawat dari anak usaha Garuda Indonesia tersebut.

Presiden Direktur PT Santos Jaya Abadi, Soedomo Mergonoto mengatakan, munculnya logo Kapal Api pada badan pesawat Citilink diharapkan bukan hanya mempromosikan produk Kapal Api. Namun lebih luas lagi yaitu memperkenalkan kopi asli Indonesia kepada dunia internasional.

“Kami ingin mempromosikan kopi Indonesia ke seluruh dunia dengan banyak wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia. Sekarang kita ingin tunjukan bahwa di Indonesia punya merek kopi yang sudah terkenal,” ujarnya saat peluncuran pesawat Citilink-Kapal Api di Bandara Soekarno-Hatta, Jumat (6/11/2015).

 

Dengan pemasangan logo ini, selain wisatawan mancananegara yang menggunakan pesawat untuk datang ke Indonesia, Kapal Api juga ingin mengincar pasar anak muda di dalam negeri melalui Citilink. Pasalnya selama ini Citilink dikenal sebagai salah maskapai dengan target pasar anak muda.

“Kami berharap penjualan meningkat dan yang muda-muda ini bisa minimum kopi Kapal Api,” lanjutnya.Sementara itu, Direktur Komersial Citilink, Hans Nugraha mengatakan, sebenarnya pemasangan logo Kapal Api di pesawat hal yang baru. Sebelumnya Kapal Api juga telah memasang logonya di bagian kompartemen dan meja lipat di dalam pesawat.Namun untuk pemasangan logo produk di bagian badan pesawat menjadi hal baru dan pertama kalinya dilakukan pada maskapai di Indonesia.

“Jadi total ada 11 pesawat. Satu pesawat ini di bagian badan, enam pesawat di kompartemen, empat pesawat di bagian meja lipat. Rencananya ke depan ya maunya ada lagi (pemasangan logo di bagian badan pesawat),” tandasnya. (Dny/Gdn)

 

Kasali mengungkapkan ada empat hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan yang melakukan co-branding agar dapat berhasil di pasar atau dapat diterima dan memenuhi harapan konsumen yaitu:

  1. Faktor partner

Perusahaan yang akan melakukan co-branding harus memperhatikan asosiasi merek dari perusahaan yang bertindak sebagai ingredient branding maupun sebagai host branding. Tidak selamanya co-branding antara perusahaan dengan asosiasi merek yang sama-sama kuat selalu berhasil di pasar. Menurut riset yang ada suatu perusahaan dengan asosiasi merek yang kuat dalam jangka panjang akan lebih menguntungkan apabila melakukan co-branding dengan perusahaan yang memiliki asosiasi merek yang lebih lemah.

 

  1. Pengalaman dengan produk

Ada kalanya merek yang lebih kuat menciptakan harapan yang berlebihan atas produk co-branded sehingga dapat menimbulkan ketidakpuasan dalam mencoba produk tersebut. Dimana kepuasan tersebut dapat diteruskan kepada merek ingredient yang menyebabkan evaluation kualitas jadi semakin rendah.

  1. Atribut kualitas

Bila atribut kualitas tidak bisa diamati terutama pada produk-produk experience (produk yang membutuhkan pengalaman dari konsumen dalam mengkonsumsi produk tersebut agar dapat memberikan penilaian produk), co-branding bisa memberikan kepastian kualitas. Tetapi sebaliknya jika atribut kualitas dapat diamati maka kehadiran merek yang kuat kurang berperan karena konsumen menilai secara langsung.

Co-branding sendiri memberikan keuntungan salahsatunya adalah dapat meningkatkan penjualan, bila dikaitkan dengan studi kasus Citilink dan Kopi Kapal api tersebut dapat dilihat. Pada lowcost airline bisanya penumpang membeli makanan dalam perjalananya. Ini menjadi peluang bagi penumpang yang suka ngopi untuk membeli kopi kapal api.  Bagi kopi kapal api, keuntungan co branding nya adalah dapat memasuki pasar baru untuk mendapatkan konsumen lebih baik. Bagi kedua brand akan mendapatkan royalty dimana kedua brand tersebut ada sumber pendapatan lain.

Dari sisi komunikasi, bagi kedua brand ini meruapakan additional value sebagai sebuah benefit yang saling simbiosis mutualisme. MIsalnya dengan membuat sales promo progam bagi kedua brand tersebut. Misal terbang dengan pesawatnya dapat kopi gratisnya. Bagi kedua brand mempunyai peluang untuk saling mendukung dalam pesan komunikasinnya. Meskipun pesan dibuat bersamaan namun reputasi akan terjadi sendiri-sendiri.

Adapun risiko-risiko dalam co-branding (www.marketing.co.id, 28 Nopember 2010) antara lain:

  1. Kerakusan terhadap uang

Seringkali dalam kegiatan co-branding, ada pihak yang terlalu memfokuskan diri pada keuntungan finansial yang akan didapat, tanpa memperhatikan kepentingan kerja sama yang terjalin. Suatu kerja sama haruslah dibina dengan baik, terutama dalam co-branding, bukan untuk sementara saja. Bila masing-masing pihak tidak berpikir untuk kepentingan dan reputasi jangka panjang, dan hanya mementingkan diri sendiri untuk kepentingan finansial yang besar dan cepat saja, maka co-branding bisa menjadi bumerang masing-masing pihak.

  1. Perbedaan Corporate Personality

Perusahaan-perusahaan yang melakukan co-branding haruslah dapat bekerjasama dengan baik. Bila masing-masing mempunyai gaya, atau personality yang berbeda, maka perlu dilakukan penyesuaian. Bila tidak, maka co-branding tidak akan berlangsung dengan baik.

  1. Perubahan Status Finansial Partner

Bila salah satu pihak mengalami krisis dalam hal finansial, atau lebih buruk lagi, mengalami kebangkrutan, maka hal ini dapat menjadi masalah dalam kerja sama co-branding yang sudah terjalin.

  1. Merger atau Takeover

Bila salah satu pihak melakukan merger atau diambil alih oleh pihak lain yang tidak terlibat dalam co-branding, hal itu dapat menimbulkan masalah pada kerja sama co-branding yang sudah dibuat. Kesepakatan co-branding, bisa gagal dan tidak dapat dilanjutkan karena kebijakan-kebijakan yang mungkin berubah.

  1. Perubahan pada Perilaku Pasar

Kita hidup di zaman yang senantiasa berubah. Walaupun co-branding, telah berjalan baik, masing-masing pihak haruslah jeli dalam mempelajari pasar. Bila perilaku pasar mendadak berubah atau pesaing lain masuk ke dalam pasar, ini dapat menjadi ancaman serius.

 

  1. Risiko Kehilangan Identitas

Perusahaan yang melakukan co-branding, mungkin saja dapat menjadi kehilangan identitas aslinya di mata pelanggan. Dalam co-branding, dua perusahaan mungkin bisa dilihat menjadi satu perusahaan dengan satu identitas di mata pelanggan. Jadi suatu perusahaan dapat mengalami perubahan image atau identitas di mata pelanggan.

  1. Perubahan Positioning Partner

Jika pemilik merek memutuskan untuk mengubah positioning atau strategi yang berhubungan dengan target market-nya, ini akan menjadi masalah bagi partner co-branding-nya.

  1. Kegagalan Memenuhi Target

Jika salah satu partner merasa kerja sama co-branding yang dilakukan gagal mencapai targetnya, maka akan datang risiko kerja sama itu bakal dihentikan.

  1. Terciptanya “Single Brand”

Apabila pelanggan mulai melihat kedua brand sebagai satu brand, maka itu merupakan masalah besar yang membutuhkan tidakan cepat untuk mengembalikan situasi seperti semula.


Leave a Reply