Berbicara dengan Konsumen Digital


Media sosial merupakan bagian dari digital interactive media. Adapun kita perlu memahami untuk berbicara dengan konsumen dari era digital. Adapun yang perlun anda ingat adalah sebagai berikut:

  1. Horizontal Communications, di dalam media sosial kita berbicara denga prinsip any to any communications. Pembicaraan di media sosial biasanya kita menemui dua sifat yakni demokratis dan anarkis. Konsumen bisa saja membentuk komunitas untuk meningkatkan kekuatan dalam pembelian.
  2. Updated Branding Content, tidak seperti katalog atau brosur tradisional, kita bisa melakukan update terhadap isi pesan yang ingin kita sampaikan ke konsumen. Untuk itu update lah terus setiap hari apa yang terjadi dengan brand anda.
  3. Consumer Seek interesting them, konsumen hanya mencari apa yang menarik bagi mereka namun kegiatan marketing salah satunya adalah menciptakan kebutuhan. Untuk itu buatlah konsumen sadar bahwa mereka harus menjadi bagian dari brand anda melakui konten di media sosial
  4. Talk to the Community, komunitas merupakan kumpulan orang-orang yang mempunyai minat yang sama terhadap sesuatu. Dengan adanya media sosial, mereka jadi terhubung tanpa adanya limitasi jarak dan waktu. Ini bisa dimanfaatkan oleh Marcommers untuk menginformasikan brand nya dengan mendekatkan mereka.
  5. Hypereality ok, Lying Not OK, Untuk menarik perhatian dari konsumen di dunia digital kita perlu menampilkan yang terbaik seperti Foto atau Video. Hyperality disini adalah bagaimana menyajikan yang apa adanya menjadi sesuatu yang “wah”. Boleh dari pengabilan angle foto atau re touch tapi bukan membohongi. Misalnya anda ingin foto kolam renang hotel anda. Anda sah-sah saja mengambil angle dari sudut yang menarik. Ini ibarat sebuah pesan melalui gambar dimana akan membuat orang tertarik akan hal ini.

Marcomers di era digital kini harus fokus terhadap consumer experience. Pada era ini konsumen lebih emosional, saya melihatnya ada 3 fase pengalaman terkait pemasaran di era digital:

  1. Pre Purchase experience, misalnya ada pengalaman menggunakan pesawat dan delay 12 jam pembaca seolah-olah merasakan apa yang dialami oleh orang tersebut. Hal ini bisa dikatakan pengalaman orang lain seolah-olah adalah pengalamannya.
  2. Purchase experience, ini adalah pada saat orang bersentuhan dengan brand anda. Disinilah proses penilaian dan pengalaman sesungguhnya dimulai.
  3. Post Purchase experience, setelah menggunakan brand anda ini tergantung bagaimana konsumen menilai pada saat purchase experience. Bila ia memiliki pengalaman baik maka ia akan memberitakannya dengan baik begitu pula ketika ia memiiki pengalama buruk. Proses yang paling bahaya adalah pada saat ia sharing pengalaman. Ini akan menjadi Pre-Purchase experience bagi calon pelanggan lainnya. Media sosial bisa menjembatani ini dan dia mampu menjadi medium untuk self experience as a news.

8.4 Media sosial dan Generasi Millenials

Dalam satu reset yang terdapat pada majalah Mix Marketing Communications edisi Mei 2016 membahas tentang 10 karakter general generasi milenias adalah generasi yang tumbuh pada abad millennium 2000 diikuti dengan perkembangan teknologi komunikasi yang semakin pesat. Bisa dibilang ini adalah generasi tak bisa hidup tanpa gadget. Badan pusat Statistik mencatat angka generasi ini sudah mencapai 40 % dari total penduduk di Indonesia.  Populasi dari generasi ini sangat menggiurkan pemasar di Indonesia berikut pelaku bisnis nya. Dalam riset tersebut inilah 10 karakter yang didapat;

#1. Melek Digital

Generasi millenias adalh generasi yang sangat melek digital. Mereka adalah pengguna terbesar media sosial. Generasi milenials mudah mengekspresikan diri di akun media sosial mereka.

 

#2. Konsumtif

Generasi millenials tercatat konsumtif. Meeka menempatkan belanja, travelling, membeli tiket konser dan film sebagai prioritas. Konsumtif ini terbentuk karena kemudahan mereka dalam mendapatkann pinjaman melalui kartu kredit dan kemudahan berbeanja secara online. Media Sosial juga sangat berpengaruh terhadap gaya konsumtif mereka karena mereka dituntut untuk selalu meng-update dan mem-posting apa yang mereka belanjakan pada aku media sosial mereka. Tingkat konsumtif mereka melebihi penghasilan merek setiap bulan nya.

#3. Saving untuk sesuatu yang diimpikan

Meskipun konsumtif dalam kehidupannya, generasi ini senang menabung. Namun menabung disini adalah untuk keperluan yang sudah pasti. Tipe menabung generasi ini adalah easy come easy go. Misalnya mereka menabung untuk anggaran liburan atau travelling.

#4. Knowledgeble

Generasi ini merupakan generasi kritis yang memiliki keingintahuan tinggi. Kemudahan mencari informasi lewat internet, mereka tahu betul apa yang mereka mau. Generasi ini mencari tahu informasi telebihdahulu sebelum melakukan pembelian

#5. Digital sebagi media komunikasi

Generasi milenials senang berlama lama di media sosial dan digital. Berkomunikasi dengan generasi ini akan lebih effective bila dilakuakan melalui media sosial.

#6. Menjadi Entreprenur tanpa persiapan

Gaji tinggi di perusahaan yang mentereng tidak lagi menjadi daya Tarik bagi generasi ini sebab generasi ini banyak dijejali success story terutama di dunia digital. Namun untuk menjadi entrepreneur ini kadang mereka tanpa persiapan yang matang. Generasi ini mempunyai semangat yang tinggi, memiliki karakter hard working namun masih lemah dalam melakukan how to nya.

#7. Mengutamakan Fasilitas dan Apresiasi

Generasi ini lebih memilih fasilitas dan apresiasi dan mereka ingin suasana kerja yang tidak terlalu serius seperti kantor Google. Meeka senang diperlakukan berbeda terutama dalam hal apresiasi misalnya mendapatkan tiket travelling yang diperuntukan untuk limited.

 

#8. Rise of Experiential

Generasi ini menilai kesuksesan dari seberapa besar pengalaman mereka. Semakin banyak mereka melakukan hal hal unik maka mereka merasa dirinya semakin sukses pula. Mereka semakin menghargai pengalaman-pengalaman dibandingkan material. Hal ini harusnya menjadi peluang bagi marcommers.

#9. Radical Transparency

Generasi ini cenderung berbagi moment di media sosial. Gerakan gerakan terkini bisa menjadi word of mouth di media sosial dan viral di dunia maya. Kondisi ini mengharuskan sebuah brand hati hati dalam bertindak baik di dunia nyata atau di dunia maya.

Sifat yang dimiliki oleh generasi ini melahirkan suatu istilah yang dinamakan Web Esteem yaitu kepercayaan diri seseorang di dunia digital. Kepercayaan diri seseorang semakin otentik, jujur, dan memiliki keunikan dalam hal konten yang mereka bagikan di media sosial semakin tinggi pula kepercayaan diri mereka di dunia digital. Kepercayaan diri bisa semakin meningkat apabila engagement dengan para followersnya meningkat pula. Semakin unik konten maka orang akan mendapatkan  love, like, comment dan sebagainya. Hal tersebut menjadi indikator kepercayaan diri di dunia maya.

Bila dikaitkan dengan performa brand, generasi millennials ini lebih suka mengapresiasi terhadap brand yang mengakui kesalahannya daripada brand yang justru menutup-nutupi kesalahannya. Sekali saja layanan brand buruk maka akan dengan mudah kehilangan customer dari generasi ini. Tidak masalah kontenya baik atau buruk yang penting konten dikemas dengan menarik bagi mereka.

#10. Fear of Missing Out (FOMO)

Generasi millenials ini takut ketinggalan informasi tentang peristiwa-peristiwa menarik di sekitarnya. Mereka amat sering mengecek telepon selularnya hanya untuk mengetahui aktifitas apa yang teman teman mereka lakukan. Ketakutan yang dialami oleh kelompok ini adalah jika kelompok bermain mereka itu sedang membuat acara di suatu tempat dan mereka tidak diajak.  Hal ini dibuktikan dengan 83 % generasi ini tidur dengan phonesel disebelah mereka.  Dari sifat ini, sebuah brand harusnya bisa memanfaatkan dengan membuat acara-acara langsung (live) yang unik sehingga memancing effek viral pada generasi ini. Bila satu orang hadir pada suatu acara bergengsi maka teman lainnya tidak ingin ketinggalan untuk menjadi bagian dari acara tersebut. Buatlah acara yang memang justru menimbukan kecemasan tadi dan bantu juga membuat mereka hilang dari kecemasannya dengn mengkuti acara tersebut.


Leave a Reply