KOMUNIKASI PEMASARAN HORIZONTAL TERMEDIASI TEKNOLOGI KOMPUTER YANG TERKONEKSI PELANGGAN


bertukar informasi terkini di era modern ini sehingga segmentasi dan targetting dapat dikatakan beralih pada kondisi virtual dimana tidak ada batasan usia dan jarak di dunia virtual  sehingga lahirnya pendekatan komunikasi pemasaran dengan cara baru. Pada awalnya , pendekatan marketing bersifat vertikal, top-downn dan one to many namun seiring dengan pekembangan berubah menjadi :

  1. Horizontal

Semua segmen kini dianggap setara dalam dunia virtual contohnya cara berkomunikasi di facebook akan berbeda dengan face to face dimana masih memandang usia dan siapa yang kita ajak bicara.

 

  1. Bottom-up

Pada era sebelumnya , komunikasi pemasaran berawal dari perusahaan ke konsumen ( top to down) kini pemasar harus mulai dari konsumen lalu diteruskan strateginya oleh perusahaan ( bottom – up ) dalam hal ini, pemasar memulai suatu strategi komunikasi pemasaran mengawali dengan melakukan riset  kebutuhan konsumen

  1. Peer to peer

Setiap pesan dianggap setara , tidak ada batasan demografi .

  1. Many to many

Pesan pemasaran kini lebih luas misalnya beberapa orang akan melakukan sharing content untuk beberapa orang lagi sehingga pemasar harus memperhatikan konten pemasarannya sehingga banyak orang yang bersedia menyebar luaskan informasi ke banyak orang lagi.

 

Seiring dengan berkembangnya internet bisa dikatakan pemasar kini hanya bisa “menjual ide brilian” dikarenakan akan mulai sulit mencari spare keuntungan pada pemasangan media dikarenakan perkembangan teknologi komunikasi kini bekembang praktik pemasaran “ low –budget but high –impact”  dimana kita sadari untuk membuka account di sosial media bisa dikatan no budget adapaun bila harus mengeluarkan budget apabila klien ingin meningkatkan status pemakaiannya ke kelas premium. Namun sebenarnya kondisi ini tidak akan mematikan para pemasar , ingat “ide” merupakan modal penting bagi pemasaran yang sebenarnya memiliki nilai mata uang “ unlimited” karena bersifat “integible” bahkan “ide” dapat  menembus ruang dan batas kemampuan minimal budget klien dan marketer dihargai sebagai pencetus ide dan ingat ! “ ide tidak dipajang di store” meskipun ide dibajak itu bisa saja , namun bila dikerjakan bukan oleh si-empuna ide maka kegiatan berlangsung pun tidak bisa memiliki “ nyawa”. “So, tenang saja sobat marketers “ Tuhan masih memberikan kita “stok ide “ yang banyak.

Pemasar kini perlu memahami cara komunikasi pemasaran di era cyber ini harus lebih bersifat interaktif dan dinamis. Audience merupakan networking paling berharga karena mereka bisa dengan senang hati melakukan sharing pesan komunikasi pemasaran anda. Nah, disini marketers sekali lagi harus kuat di konten komunikasi pemasaran sehingga menciptakan kebutuhan dan keinginan audience untuk melakukan sharing pesan. Hal yang perlu dingat, setiap pesan yang dibuat oleh marketers akan memiliki kesempatan yang sama dan bukan milik orang tertentu saja . Proses komunikasi secara horizontal kini akan semakin cepat dan marketers harus menyadari revolusi dunia cyber yang setiap hari mengalami perubahan dan akan terus datang yang baru dan menjadikan yang lama menjadi “old-school” application sebagai contoh “ apa kabar friendster ?” so today “maketers should aware of technology revolusionaire “ alias” melting “( melek marketing ) atau marketing harus ikut melebur dalam kondisi yang selalu cepat berubah.

Terisiprasi dari kisah melejitnya penerbangan “low cost “ dan tiba tiba menemukan sebuah literatur dari buku  The New Wave Marketing yang ditulis oleh Hermawan Kertanya mengenai When David Kills Goliath : Air Asia Vs Malaysia Airlines ( 2009: 45-47 ) singkat cerita :

AirAsia sebelumnya merupakan maskapai berhutang namun ketika Tonny Fernandes kini berhasil melakukan company turn arround sehingga maskapai ini berhasil meraup keuntungan sejak tahun 2002 dengan strategi utamanya sebagai “ The low fare Airlines” sehingga pada pertama re-launce Airasia pernah menyodorkan tarif RM-1 !

Melalu tagline yang sudah tidak asing lagi kita dengar sekarang yaitu “ now everyone can fly “ kehadiran airasia mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat yang belum pernah naik pesawat. Modal utama yang dilakukan oleh Tonny Fernandes adalah consistency in Marketing.

Memang pada awalnya , bedasarkan pengalaman saya, bayak orang Indonesia yang takut terbang dengan Airasia namun semua itu akhirnya musnah karena Airasia telah mengajarkan kita mengenai “ mengapa mereka bisa murah ?” yaitu dengan mengedukasi orang  teknologi internet saat itu , bahwa Airasia mengurangi biaya- biaya yang tidak perlu seperti ; tiket yang cukup di print saja, tidak ada makanan di cabin maka diganti konsumen bisa membeli makan , awalnya tanpa nomor kursi namun kini di berlakukan nomor kursi dan menggunakan sistem reservasi secara online sehingga tidak perlu mengeluarkan komisi untuk travel agent . Iklan-iklan nya bersifat langsung , mengkomunisikan hard selling ( tujuan dan harga yang murah ) dan hal ini menjadi langkah cerdik Airasia dalam berkompetisi ditengah persaingan hingga dianggap sebagai “ the people airlines” dan CEO Airasia ini juga dianggap mampu memberikan kebanggaan kepada bangsa Malaysia. Bila diperhatikan terdapat bendera Malaysia di hidung pesawat saya tambahkan bahkan memberikan kecepercayaan pada bangsa lain juga contohnya ada bendera Indonesia pada Indonesia Airasia dimana maskapai yang benar-benar dibentuk di dalam negeripun ada yang tidak melakukan hal tersebut. Secara kontras Malaysia Airlines yang seharusnya menjadi Flag Carrier berubah jadi “lost Carrier” karena merugi dan ditahun 2005 saja mencapai 1,3 Miliar Ringgit. Namuan dibawah kepemimpinan Datuk Idris Jala saat itu MAS mulai bangkit dengan konsep “ Everyday Low Fare”  sejak awal mei 2008 .

Bila dilihat dari cerita diatas , AirAsia bisa berkembang karena adanya komunikasi pemasaran secara Horizontal dimana ia berkembang karena dukungan masyarakat dan MAS adalah simbol Vertikal dimana bisa tetap survice karena dibantu pemerintah Malaysia.

 

Ini lah yang dinamakan “people demand” Strategi dimana  Tonny Fernandes mampu membaca bahwa adanya keinginan masyarakat yang awalnya tidak mampu naik pesawat dikarenakan harga tiket yang tinggi kini bisa melihat langit biru dengan harga yang sesuai sehingga bukan hanya sekedar murah namun ini harga yang memiliki “ value for money”

Perkembang teknologi dan komunikasi pemasaran secara horizontal maka yang perlu dikembangan oleh marketers saat in dalam melakukan kegiatan pemasaran adalah concern terhadap Customer, Company , competition ,change dan Connector  seperti yang dkemukakan oleh Ohmae dalam bukunya The mind of Strategist dan The bordless World ( Dalam Kertajaya, 2009:96 dan 111)


Leave a Reply